Review Sore: Istri dari Masa Depan (2025), Romansa Unik
![]() |
Foto: IMDb |
Kalau kamu suka film Indonesia dengan sentuhan romansa unik, pasti nggak asing dengan nama Yandy Laurens. Sutradara ini lagi-lagi bikin gebrakan lewat film terbarunya, Sore: Istri dari Masa Depan (2025). Film ini bukan cerita baru, tapi adaptasi dari serial web legendaris Sore: Istri dari Masa Depan (2017) yang dulu booming di YouTube.
Setelah sukses lewat Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (2023) dan Satu Kakak Tujuh Ponakan (2024), ekspektasi publik jelas tinggi banget. Pertanyaannya, apakah film versi layar lebar ini bisa menyamai bahkan melampaui magis serialnya? Yuk, kita kulik bareng!
Nostalgia dari Serial ke Layar Lebar
![]() |
Foto: IMDb |
Flashback sedikit, ingatkah kamu dengan Sore: Istri dari Masa Depan yang tayang di tahun 2017? Buat generasi muda waktu itu, ini jadi tontonan ikonik. Film ini berfokus pada Jo (Dion Wiyoko), fotografer Indonesia yang mencoba menjalani hidup barunya di Italia, jauh dari akar asalnya. Tiba-tiba, hidupnya berubah saat muncul Sore (Tika Bravani), perempuan misterius yang mengaku sebagai istrinya dari masa depan.
Cerita sederhana, tapi punya sentuhan sci-fi yang bikin kita mikir: "Gimana kalau masa depan bisa datang menyelamatkan kita sekarang?" Nah, ide inilah yang bikin banyak orang jatuh hati.
Yandy Laurens: Dari Keluarga Cemara ke Eksperimen Waktu
Serial ini jadi batu loncatan besar buat Yandy. Kesuksesan itu bikin namanya makin dikenal, sampai akhirnya ia dipercaya menangani film Keluarga Cemara (2018) yang meledak di pasaran. Dari situ, namanya makin melesat dengan karya yang konsisten dapet pujian kritikus dan penonton.
Ketika tren horor sedang merajalela di perfilman Indonesia, Yandy memilih jalur lain. Ia suguhkan drama yang hangat sekaligus menyentuh. Bukan cuma mengulang cerita lama, film ini justru jadi ajang eksperimen berani yang memancing otak kita untuk ikut bekerja.
Perubahan Signifikan di Film
Ada beberapa hal baru yang bikin versi film ini terasa beda:
- Jo kali ini lebih natural, dengan lawan mainnya Karlo (Goran Bogdan), aktor internasional yang film pendeknya pernah masuk nominasi Oscar.
- Sore dimainkan oleh Sheila Dara, menggantikan Tika Bravani. Sheila kasih energi baru: lebih tenang, lebih dalam, dan bikin penonton betah ngikutin setiap ekspresinya.
Eksperimen Waktu: Looping yang Nggak Biasa
Kalau serialnya cuma ngasih sentuhan sci-fi ringan, film ini full gas! Kali ini Yandy mencoba sesuatu yang nggak biasa: memainkan plot dengan time loop alias siklus waktu yang terus berulang. Jadi, Sore punya batas waktu untuk nyelametin Jo. Kalau gagal, hari mereka reset lagi ke titik awal.
Plot kayak gini jarang banget dipakai di film Indonesia, apalagi genre romansa. Konsep time loop biasanya kita lihat di film luar negeri seperti Groundhog Day atau Edge of Tomorrow. Nah, Yandy justru berhasil menghidupkan nuansa itu dalam versi film Indonesia.
Pesan Penting: Perubahan Ada di Dalam Diri
Meski penuh putaran waktu, inti ceritanya tetap soal manusia. Sore mencoba menyelamatkan Jo dengan dua cara:
- Mengubah gaya hidup Jo – berhenti merokok, nggak minum alkohol, tidur teratur. Tapi ternyata gagal.
- Memperbaiki hubungan Jo dengan ayahnya – inilah kunci pentingnya.
Pesannya jelas: sebanyak apapun orang lain berusaha, perubahan sejati cuma bisa datang dari diri kita sendiri.
Kelemahan & Kritik
Sayangnya, film ini nggak lepas dari kekurangan:
- Bagian time loop terasa repetitif, bikin beberapa penonton mungkin agak bosan.
- Ending yang harusnya emosional malah sedikit kacau karena musik keras yang justru mengganggu momen romantis.
Dari segi visual, film ini memang juara. Ketika "Pancarona" diperdengarkan, adegan itu seakan berhenti di antara waktu. Magisnya musik berpadu dengan visual, menciptakan emosi yang sulit dijelaskan kata-kata.
Kategori | Rating | Deskripsi |
---|---|---|
Visual & Atmosfer | ⭐⭐⭐⭐⭐ (5/5) | Pas "Pancarona" dibawain Barasuara diputer, auranya langsung beda. Vibes-nya dapet banget, magis abis!, vibes-nya langsung magis banget. ✨ |
Cerita & Alur | ⭐⭐⭐⭐ (4/5) | Unik karena ada konsep time loop. Walau agak repetitif di beberapa bagian, tetap bikin mikir, “gimana kalau gue yang ngalamin?” |
Akting Pemain | ⭐⭐⭐⭐⭐ (5/5) | Peran Sore terasa makin kuat berkat Sheila Dara yang membawakannya dengan sangat elegan. Dion Wiyoko juga natural banget. Chemistry mereka dapet! |
Pesan Moral | ⭐⭐⭐⭐⭐ (5/5) | Pesan yang mau disampein tuh sederhana tapi ngena. Perubahan nggak bisa dipaksain dari luar, harus lahir dari diri kita sendiri.🔑 |
Rewatch Value | ⭐⭐⭐⭐ (4/5) | Asik buat ditonton ulang, selalu ada detail kecil yang baru keliatan. Cocok banget buat diskusi bareng temen nongkrong. 🎬 |
Kesimpulan: Worth It atau Nggak?
Kalau kamu penggemar Yandy Laurens, film ini jelas wajib ditonton. Meski ada beberapa kelemahan, eksperimen berani dengan time loop bikin film ini beda dari drama Indonesia kebanyakan.
Ditambah lagi, akting Sheila Dara sebagai Sore adalah highlight utama yang bikin cerita lebih hidup. Jadi, kalau kamu kangen sama nuansa romantis yang manis tapi penuh makna, Sore: Istri dari Masa Depan (2025) siap bikin kamu mikir: kalau masa depan bisa datang sekarang, apa yang mau kamu ubah?
Baca Juga: Review Film Interstellar Sub Indo, Karya Nolan Terbaik
FAQ Sore: Istri dari Masa Depan (2025)
1. Film Sore: Istri dari Masa Depan (2025) itu tentang apa sih?
Jadi gini, film ini diangkat dari serial web legendaris tahun 2017. Ceritanya masih soal Jo yang ketemu Sore, istrinya dari masa depan. Bedanya, versi film ini lebih gede skalanya, lebih dramatis, plus ada bumbu sci-fi berupa time loop alias hari yang keulang-ulang.
2. Siapa aja pemain utamanya?
Nah, Jo tetap dimainkan sama Dion Wiyoko. Kalau Sore, kali ini dibawain Sheila Dara, bukan Tika Bravani kayak di serialnya. Trus ada juga Goran Bogdan yang jadi Karlo, dia aktor internasional yang keren banget.
3. Bedanya sama serial web 2017 apa?
Kalau serialnya lebih simpel dan ringan, filmnya ini jauh lebih eksperimental. Ada efek sci-fi yang lebih kerasa, terus Yandy Laurens bener-bener eksplorasi ide time loop biar ceritanya makin menantang.
4. Pesan yang mau disampein apa?
Intinya sih, seberapa pun orang lain berusaha nolongin kita, perubahan asli tetap harus datang dari diri sendiri. Jadi walaupun Sore berusaha mati-matian nyelametin Jo, ujung-ujungnya tetap balik ke pilihan hidup Jo sendiri.
5. Worth it ditonton nggak?
Menurut gue sih, iya banget. Emang ada minusnya, kayak bagian time loop yang agak repetitif, tapi visualnya keren parah. Momen ketika “Pancarona” dari Barasuara diputar benar-benar bikin nuansa film naik level, jadi lebih emosional sekaligus magis.
6. Film ini cocok buat siapa?
Kalau lo suka drama romantis yang beda dari biasanya, atau pengen nonton film Indonesia yang ada sentuhan sci-fi, film ini pas banget. Kalau kamu penggemar Sheila Dara atau suka banget sama karya-karya Yandy Laurens, film ini jelas nggak boleh kamu lewatin.