Review Film Final Destination: Bloodlines – Horor Seru dan Penuh Twist
|
| Sumber: IMDb.com |
Jadi gini, Final Destination: Bloodlines tuh masih seru banget buat ditonton, apalagi kalau kamu udah ngikutin waralaba Final Destination sejak rilis pertama tahun 2000.
Bayangin, setelah 14 tahun nggak ada kabar sejak film terakhirnya, Bloodlines muncul lagi dan rasanya udah kayak penutup manis buat cerita yang dibangun lebih dari dua dekade itu.
Yang bikin menarik tuh, keliatan banget dari cara ceritanya. Naskahnya ditulis sama Guy Busick dan Lori Evans Taylor, dan kali ini Death nggak lagi ngejar orang-orang random yang kebetulan lolos dari kematian. Sekarang, fokusnya pindah ke satu keluarga yang sebenernya… ya, bisa dibilang nggak seharusnya ada di dunia.
Gara-gara alur kayak gitu, film keenam Final Destination ini jadi berasa lebih kayak drama keluarga dibanding film-film sebelumnya yang full ketegangan.
Tapi serunya, Bloodlines berhasil ngerangkai hubungan antar karakternya dengan cukup mulus, termasuk nyambungin cerita sama film-film sebelumnya. Setiap kematian juga dikasih alur yang bikin kita sadar kalau, ya, mau gimana pun, itu nggak bakal bisa dihindarin.
Bahkan dari pembukaan film aja udah keliatan, opening-nya bisa dibilang jadi bagian paling keren dan nagih dari seluruh film.
Baca Juga: Review The Curse of La Llorona: Turunnya Kualitas Horor Conjuring
Di bagian awal, Bloodlines langsung ngajak kita balik ke masa lalu. Dari situ keliatan kalau setelah sekian lama, Death masih aja ngejar orang-orang yang seharusnya udah mati.
Tragedi-tragedi yang muncul di opening scene bener-bener bikin perasaan ikut naik turun. Jadi meski durasinya lumayan panjang, pembuka film ini terasa keren banget bahkan bisa dibilang salah satu yang paling oke dibanding film-film Final Destination sebelumnya.
Yang paling bikin salut dari Bloodlines itu cara mereka ngasih momen khusus buat Tony Todd. Dia bisa “pamit” dari perannya sebagai William Bludworth dengan cara yang emosional, apalagi latar belakang karakternya akhirnya diceritain juga.
Terus, yang bikin film ini makin asik, sutradara Zack Lipovsky dan Adam Stein nggak buru-buru nunjukin adegan kematiannya. Mereka bener-bener ngejaga tensi dan bikin kita tegang nungguin apa yang bakal terjadi.
Mereka pinter banget bikin kita deg-degan. Kayak sengaja nahan-nahan dan ngasih false alarm yang bikin kita mikir, “Oh, ternyata aman,” padahal belum.
Terus pas akhirnya momen kematian yang ngeri itu beneran kejadian, rasanya malah kayak lega, meski tetep bikin merinding juga.
Baca Juga: Review The Nun II: Teror Baru di Semesta The Conjuring
Review Final Destination: Bloodlines: ada beberapa adegan kematian di film ini yang justru bikin penonton merasa lega setelah ketegangannya dibikin intens abis.
Yang keren, film ini juga pinter nge-mix adegan ngeri, momen kocak, sampai bagian yang nyentuh hati semuanya dibawa dengan tempo cerita yang cepat jadi nggak ngebosenin.
Kelakuan kocak Erik Campbell (Richard Harmond) dan polosnya Bobby Campbell (Owen Patrick Joyner) bener-bener jadi bumbu komedi di tengah deretan adegan kematian yang serem. Duo ini bikin Bloodlines terasa lebih segar dan rame dibanding film-film sebelumnya.
Malah, Erik bisa dibilang berhasil nyuri perhatian dari Stefani Reyes (Kaitlyn Santa Juana) yang sebenarnya jadi tokoh utama sekaligus protagonisnya.
Nah, dari situ keliatan satu catatan penting soal film ini: pemeran utamanya justru jadi karakter yang paling datar. Padahal dia harus bersaing sama para pendukung yang karismanya kuat banget.
Selain Erik dan Bobby yang udah jelas nyuri perhatian, Iris (Gabrielle Rose dan Brec Bassinger) juga terasa jauh lebih memorable dibanding Stefani sebagai tokoh utama.
Baca Juga: Review Film Sumala: Horor Intens, Brutal, dan Berdarah
Review Final Destination: Bloodlines: opening scene-nya juara banget. Dari segi cerita, visual, sampai adegan kematian, semuanya jadi pembuka yang paling kuat di sepanjang film.
Sayangnya, babak ketiga yang seharusnya jadi klimaks malah terasa lemah dan agak bikin kecewa. Eksekusi adegan kematiannya pun nggak bisa ngalahin serunya pembukaan, padahal bagian ini mestinya jadi puncak.
Satu catatan pribadi: kematian di Bloodlines udah nggak sehoror dulu. Entah karena efek CGI yang kebanyakan atau cara matinya kurang bisa bikin kita ngerasa “ini bisa kejadian ke gue,” jadi nggak ada rasa parno yang biasanya nempel lama setelah nonton.
Di babak pertama, adegan-adegan kematiannya bener-bener sadis dan bikin merinding, jauh lebih ngeri dibanding kematian di bagian akhir yang secara visual terasa kurang greget.
Tapi overall, Final Destination: Bloodlines tetap asik buat ditonton. Film ini masih sukses bikin adrenalin naik lewat rangkaian kematian brutal yang diselipi humor, meski ending-nya udah lumayan ketebak.
Intinya, semua yang ditawarin Final Destination: Bloodlines ya sesuai banget sama yang udah kebayang dari awal sebelum nonton. Nggak ada kejutan besar, tapi tetep seru buat diikuti.
FAQ – Final Destination: Bloodlines
1. Apakah Final Destination: Bloodlines film lanjutan dari seri sebelumnya?
Ya, ini adalah film keenam dari waralaba Final Destination. Ceritanya masih terhubung dengan film-film sebelumnya, termasuk beberapa referensi karakter lama.
2. Perlu nonton film sebelumnya dulu?
Nggak wajib, tapi kalau kamu nonton dari awal akan lebih paham referensi dan easter egg yang diselipkan, terutama soal karakter William Bludworth.
3. Apa yang membuat Bloodlines beda dari seri lain?
Fokus ceritanya sekarang ke satu keluarga, bukan sekumpulan orang acak seperti film-film sebelumnya. Ini bikin suasana lebih kayak drama keluarga dengan sentuhan horor.
4. Seberapa seram film ini?
Adegan kematiannya tetap sadis dan bikin deg-degan, terutama di babak pembuka. Tapi banyak yang merasa efek CGI dan cara eksekusinya kali ini nggak seintens film lama.
5. Ada unsur komedi juga, ya?
Betul. Karakter Erik dan Bobby nyumbang banyak momen kocak yang jadi penyegar di tengah ketegangan.
6. Bagaimana penampilan para pemain?
Tony Todd dapat momen pamit yang emosional sebagai William Bludworth. Sementara Richard Harmond (Erik) dan Owen Patrick Joyner (Bobby) justru lebih menonjol daripada tokoh utamanya, Stefani Reyes.
7. Worth it buat ditonton di bioskop?
Kalau kamu penggemar waralaba Final Destination atau suka sensasi tegang bercampur komedi gelap, film ini tetap seru buat pengalaman layar lebar, meski ending-nya lumayan bisa ditebak.